SERATUSAN santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Hamalatudzikra Putatpayung, Kabupaten Cirebon mengikuti Masa Ta’aruf Santri Baru (Matsabar) 2023. Para santri dibekali dengan berbagai materi pengenalan tradisi pesantren, termasuk pengetahuan seputar pentingnya menjaga area pribadi demi menghindari tindakan pelecehan seksual.
“Tema pada ta’aruf santri baru kali ini memang ‘pesantren hebat, pesantren ramah anak.’ Ini penting agar para santri baru bisa memahami substansi pendidikan di pesantren dengan baik,” ungkap Pengasuh Ponpes Hamalatudzikra Putatpayung, Kabupaten Cirebon, Kiai Mahdi Mujtahid, Ahad, 16 Juli 2023.
Dalam penyampaian materi tersebut, pihak ponpes melibatkan narasumber dari Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPPRA). Sekretaris JPPRA, Ustaz Agung Firmansyah menjelaskan, pemaparan materi tentang wawasan otonomi tubuh ini penting diberikan demi menguatkan tekad pesantren dalam menerapkan sistem pendidikan yang ramah anak.
“Ponpes Hamalatudzikra merupakan bagian dari keluarga besar JPPRA. Jadi, ini adalah bukti dari komitmen ponpes untuk menghadirkan sistem pengajaran yang nyaman dan aman bagi para santri,” kata dia.
Sementara itu, dalam penyampaian materinya, anggota Majelis Masyayikh JPPRA, KH Sobih Adnan mengatakan, para santri penting memahami bahwa ada area pribadi yang tidak diperbolehkan untuk diintervensi oleh orang lain. Hal ini dibutuhkan demi meminimalisasi tindakan pelecehan seksual.
“Teman-teman santri harus memahami adanya private part (bagian pribadi) yang tidak boleh disentuh atau bahkan sekadar dilihat oleh orang lain. Jika hal itu terjadi, maka para santri harus berani menghindar atau segera melaporkan kepada pengurus ponpes,” katanya.
Menurutnya, problem pelecehan maupun kekerasan seksual terkadang muncul atas pemakluman yang tidak pada tempatnya. “Menyentuh area pribadi pada tubuh seseorang dianggap biasa saja jika hal itu dilakukan oleh kawan sejenis, padahal itu sangat berpotensi terjadinya pelecehan seksual yang berkelanjutan,” katanya.
Dengan pemaparan ini, dia berharap para santri mampu menjaga dirinya dengan baik, tidak hanya berlaku di dalam pesantren, tetapi sebagai modal jangka panjang setelah terjun langsung ke masyarakat.