Koordinator Seknas JPPRA: Orang Tua dan Pendidik Harus Pahami Karakter Anak

ANAK-anak kerap disebut buah hati. Namun, Al-Qur’an memaknai anak-anak secara lebih luas. Mereka bisa diartikan sebagai perhiasan, penyejuk jiwa, fitnah, hingga musuh.

Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPPRA), Kiai Yoyon S. Amin menyampaikan, beragam posisi anak di dalam Al-Qur’an mengamanatkan manusia untuk terus bijak dalam mengemban tanggung jawab sebagai orang tua maupun pendidik.

“Kita harus memberikan sikap dan teladan yang baik bagi anak-anak. Termasuk, mengayomi dan melindungi mereka secara maksimal,” katanya, saat memberikan sambutan dalam rapat koordinasi Pengurus Seknas JPPRA via daring, pada Sabtu, 22 Juli 2023, malam.
Menurut Kiai Yoyon, anak bisa menjadi perhiasan dunia. Dalam artian, selayaknya perhiasan atau kekayaan, anak mesti diperlakukan, dijaga, bahkan disayang sebaik-baiknya oleh para orang tua dan para guru. Hal itu, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Kahfi: 46. Allah Swt berfirman:
اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا

 

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amal kebajikan yang abadi (pahalanya) adalah lebih baik balasannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

Kedua, lanjut dia, anak sebagai penyejuk jiwa. Hal ini sebagaimana terungkap dalam QS Al-Furqan: 74. Allah Swt berfirman:

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

“Dan, orang-orang yang berkata, ‘Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

Ketiga, anak sebagai ujian atau fitnah. Keterangan ini sebagaimana yang diungkap dalam QS. At-Taghabun: 15. Allah Swt berfirman:

اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allahlah (ada) pahala yang besar.”

“Terakhir, anak bisa juga menjadi musuh. Hal itu diungkap dalam At-Taghabun: 14,” kata Kiai Yoyon.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

 

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka, berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu memaafkan, menyantuni, dan mengampuni (mereka), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ketua Majelis Riayah Santri Pondok Pesantren Ketitang Cirebon itu menyebut, sebagian mufasir menjelaskan maksud anak sebagai musuh adalah karena bisa berposisi sebagai sesuatu yang menghalang-halangi jalan ketaatan terhadap Allah Swt.

“Maka, semuanya harus bijak, berhati-hati, dan memusatkan tujuan hanya untuk menjalani ketaatan kepada Allah Swt saat mendidik, mengayomi, dan melindungi anak-anak di sekitar kita,” katanya.

Share the Post:

Related Posts

Scroll to Top